Jumat, 08 Juli 2011

Kekekalan dan Kefanaan

Esau adalah seorang lelaki tulen, bulunya lebat dan gemar berburu. Dia anak kesayangan Ishak. Sementara itu, Yakub adalah seorang anak mami, yang disayangi Ribka, dan gemar memasak. Namun justru, sang anak mami itu lah yang akan menundukkan kakaknya. Memang benar, cara Yakub memperoleh hak kesulungan itu keliru, namun orientasi Yakub tidak lah keliru. Esau memandang remeh hak kesulungan, dengan berkata, "sebentar lagi aku akan mati apa gunanya hak kesulungan itu bagiku?" Esau hanya memperhatikan kenikmatan sesaat, dia lupa yang bersifat kekal itu. Sementara itu Yakub (sesalah-salahnya dia) memperhatikan hak kesulungan yang bersifat kekal. Semangkuk sup kacang merah sebetulnya tidak ada apa-apanya dibandingkan Hak kesulungan!!!! Kalimat Esau di atas SANGAT SALAH! (Kisah seru kemarahan Esau dapat dilihat di Kejadian 27:30-40). Ishak mengurapi Esau dengan berkata, "Sesungguhnya tempat kediamanmu akan jauh dari tanah-tanah gemuk di bumi dan jauh dari embun dari atas langit di atas. Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu." Saudara-saudara, kita seringkali bertindak seperti Esau, yang memandang enteng kehidupan rohani yang kekal nilainya. Kita lebih suka "semangkuk sup kacang merah" yang memang nikmat pada saat itu tetapi menjadi kutuk untuk selamanya! Kita hanya mau kenikmatan sesaat dari pada kekekalan. Kita lebih suka ke berfoya-foya daripada berdiam diri di hadapan Tuhan. Kesenangan-kesenangan kita suatu hari nanti akan berakhir, kegagahan kita suatu hari nanti akan sirna seiring dengan bertambahnya usia dan berbagai macam penyakit yang akan menggerogoti tubuh yang kita banggakan ini. Kegantengan dan kecantikan yang kita agung-agungkan akan memudar karena kerut akan bermunculan. Oh saudara-saudaraku, ada hal kekal yang seharusnya menjadi orientasi kita. Firman Tuhan, saat teduh, beribadah ke gereja, semuanya itu akan memberikan kedewasaan rohani, yang tidak akan sirna ditelan oleh waktu sampai kapanun juga. Dunia ini akan segera layu, tetapi Firman Allah akan tinggal tetap sampai selama-lamanya (Yes. 40:8). Apakah yang kita mau? Semangkuk sup kacang merah? Atau hak kesulungan? Jangan jual hak mu demi semangkuk sup!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar